Kamis, 28 April 2011

Harapan Tentang Cinta

"Teman-teman ini cerpen pertama akuhh... Cerpen ini adalah mimpi akuhh yang ku rangkai menjadi ini nihh cerpen ini... hehehe...
Ojo lali di komen y!!!!"
Lansung aja y



Sosok gadis imut ini terlahir dengan nama “Nisa”, lengkapnya Annisa Jannahtu Adni. Entah apa yang bisa dilihat dari gadis itu. Sejak terlahir ke dunia, yang ia tahu hidupnya serba kekurangan, tapi ia merasa bahagia dan bangga terhadap dirinya sendiri. Gadis ini punya kepedulian yang sangat tinggi. Dia sangat peduli dengan orang-orang yang ada disekitarnya, begitupun dengan orang yang sama sekali tidak ia kenal. Sejak ia merasa seperti bunga yang layu karena kekeringan, ia selalu mengharap akan adanya hujan yang turun menyiraminya sehingga bisa tumbuh subur. Namun hal itu tidak mudah. Sehingga ia berpikir kalo hal tersebut harus dimulai dari dirinya sendiri. Sejak saat itu ia selalu memberikan perhatian kepada seluruh keluarga juga teman-temannya. Tak jarang teman yang tidak ia ketahui sosoknya secara jelas ia beri perhatian.
Kini gadis itu punya cinta. Cinta yang selama ini cuma ia anggap tidak perlu dijalani dengan serius. Perih pun kini telah hinggap di hatinya karena cinta yang justru ia jalani dengan tulus. Apa ia berada pada posisi yang salah????????? Apa perhatian, kasih sayang dan kesetiaan yang ia berikan itu salah.
***
“Entah apa yang mesti ku lakukan selanjutnya?????????????. Kenapa sosok itu udah tidak menghargai ku lagi. Batinku begitu sesak dengan semua ini. Sudah ku coba untuk bersikap diam, cuek dan seolah tak peduli padanya. Tapi aku begitu lemah. Sosok Tama telah menetap pada palung terdalam dihatiku. Untuk sekedar menutupi bayangannya saja, aku tidak mampu apalagi kalau harus benar-benar menghapusnya” pikir Nisa.
Kristal bening itu terus mengalir melintasi wajah polos Nisa. Perasaan yang begitu kuat untuk pertama kalinya dirasakan oleh Nisa pada seorang cowok bertama Tama yang merupakan cinta pertamanya harus berakhir dengan perpisahan yang sangat menyakitkan bagi Nisa. Entah sampai kapan rasa sedih ini dapat terobati.
***
Mulai detik ini merupakan awal perubahan ke arah yang lebih baik bagi Nisa!!! Sekarang Nisa sedang berusaha untuk melupakan Tama. Mungkin memang sulit tapi Nisa harus mesti kudu dan wajib untuk berusaha melupakannya. Nggak ada hal yang nggak mungkin, kalo kita punya niat yang tulus dan memang benar-benar berusaha untuk mewujudkannnya. “Pasti bisa koq percaya dech....Cayoooooooo!” harap Nisa dalam hati.
Selain itu kalo dipikir-pikir nggak ada keuntungan yang bakalan didapatkan dari sosok Tama. Nisa sudah berusaha untuk menjadi yang terbaik baginya, “tapi yang terbaik tak selalu pantas untuk dimiliki”. Yo wes,,, syukuri apa yang telah terjadi. Tidak ada yang sia-sia loh. Biarkan dia menjalani hidupnya dengan tenang tanpa gangguan gadis imut ini. Toh masih banyak hal-hal yang lebih bermanfaat yang bisa Nisa kerjakan. Nisa tidak akan bisa menghapus jejaknya karena doi pernah tinggal di palung terdalam pada hatinya, tapi sosok itu bisa disamarkan untuk tidak lagi senampak sekarang. Ingat tidak hanya niat yang tulus tapi kau harus berusaha dengan sungguh-sungguh untuk melupakannya...
“Tapi aku sangat menyayanginya” dalam benak Nisa. Biarkan dia mencari cinta lain yang akan membuatnya bahagia. Dan tersenyumlah untuk kebahagiaannya. “Tapi. Arrrrggh.....................” (rintihnya kesal).
Mungkin itu lebih baik daripada kau terus berada dalam keputusasaan ternyata dia bukan jodohmu. Namun ingat jangan sampai silaturahmi kalian juga terputus. Itu salah besar. Tegur dia saat kalian bertemu. Hilangkan kesan bodoh kalau kalian pernah menjalin suatu hubungan karena itu bisa membuat kau kembali suka padanya. Makna apa yang ada dibalik rencanaMu. Nisa yakin Allah akan memberikan yang terbaik untuknya. “Ikhlaskanlah hatiku dalam menerimanya dan berilah aku kekuatan untuk bangkit. Hadirkanlah sesuatu yang lebih baik dari semua itu”.

Setiap manusia memiliki ruang-ruang kosong dihatinya
Ketika seseorang datang dan kita berfikir bahwa dia yang akan mengisi ruang kosong itu
Sebenarnya dia hanya berdiri di depan pintu dan menyamarkan ruang kosong itu
Ruang kosong dihati kita tetap ada dan tidak akan pernah benar-benar terisi
{Cinta Pertama}.
***
Sebulan telah berlalu sejak perpisahan antara Nisa dan Tama, namun begitu sulit bagi Nisa untuk menghapus sosok Tama dari pikirannya. Berbagai kesibukan telah dilakukan Nisa, hasilnya pun adalah nihil, dia justru semakin menyadari kalo Tama begitu berarti baginya.
Satu bulan lagi tepatnya Nisa akan melaksanakan wisuda. Ini berarti bahwa dia akan segera meninggalkan lingkungan kampus juga menghilang dari kehidupan Tama. Nisa ingin mengungkap semua pertanyaan yang selama ini telah membengkak dihatinya tentang perasaan Tama yang sebenarnya terhadap dirinya. Waktu satu bulan sebelum perpisahan itu benar-benar tiba dimanfaatkannya untuk menjalin silaturahmi kembali dengan Tama. Tama menyambut baik ukhuwah ini. Mereka kembali bersahabat baik lagi meski kondisinya sudah berbeda daripada ketika masih berpacaran dahulu. Waktu terus bergulir, kebersamaan pun terurai dengan adanya canda dan tawa.
Hari dimana Nisa wisuda pun telah tiba. Gadis imut ini terlihat begitu cantik. Raut kegembiraan nampak sekali diwajah Nisa beserta keluarganya. Namun Nisa merasakan ada yang kurang yaitu ia tidak menemukan sosok Tama ditempat itu. Hingga acara tersebut berakhir Tama tak kunjung datang. Kekecewaan memberikan warna beda pada hari bahagianya.
Kini cowok itu kembali menyakiti hati Nisa. Nisa berusaha menghubungi Tama, namun nomor handphonenya tidak aktif. Gadis ini binggung kesalahan apa yang telah diperbuatnya hingga cowok pertama yang begitu disayanginya tega memperlakukannya seperti ini. Kepingan hatinya yang dahulu pernah terpecah berkeping-keping kini kembali berhamburan oleh sosok yang sama yaitu Tama.
***
Begitu sulit bagi Nisa untuk melanjutkan langkahnya tanpa adanya penjelasan dari sosok Tama. Tak ada satu sosokpun yang bisa menggantikan Tama dihatinya. Bukan tidak bisa, namun Nisa memang benar-benar menutup hatinya untuk cowok lain dan sama sekali tidak mau berusaha untuk melupakan Tama. Hari-harinya hanya diisi dengan menyibukkan diri dengan pekerjaannya dikantor dan terlibat dalam pengurusan “Puri Kasih Sayang” sebuah yayasan bagi anak-anak yatim piatu. Kebahagiaan diperolehnya dari tempat ini. Anak-anak ini sangat menghormati dan menyayangi Nisa.
Namun pekerjaan mengharuskannya pindah dan terpisah dari orang-orang tersayang yang selama ini telah membuat hidupnya begitu berarti. Nisa merasa sedih dan sangat kecewa dengan mutasi pekerjaannya. Di tempat yang baru ini, ia benar-benar merasa sendiri tak ada lagi canda, tawa dan tangis anak-anak Puri Kasih Sayang. Setiap sore sehabis pulang kerja, ia hanya duduk diberanda rumahnya sambil menyaksikan anak-anak kecil bermain yang tak jarang tingkah mereka membuat Nisa tersenyum dan teringat kembali kepada anak-anak Puri Kasih Sayang. Terlintas kerinduan terhadap mereka mengusik batin Nisa. Masyarakat di lingkungan ini sangat ramah dan bersahabat dengan Nisa sehingga kerinduan terhadap kampung halaman tidak begitu menyakitkan bagi Nisa.
***
Hari minggu pagi, Nisa pergi ke pasar, ia dikejutkan oleh seorang anak kecil yang menyapanya. Bocah tersebut bertubuh gemuk dan sangat lucu sekali. Nisa sempat tidak mengenali siapa bocah ini, namun ketika sang ibu memanggilnya “Reza ayo nak”. Tatapan Nisa dan ibu itu pun beradu. Detak jantung Nisa semakin kencang, dia sama sekali tak menyangka dengan pertemuan ini. Ia langsung mencium tangan ibu itu. Berbagai percakapan pun terjadi antara sang ibu dengan Nisa selama beberapa menit. Ibu ini mengajak Nisa kerumahnya, rumah yang dahulu pernah dikunjunginya tepat ketika hari dimana dia dan Tama akan menyepakati keputusan untuk berpisah. Sungguh ia tidak ingin mengulang kembali luka yang sampai sekarang masih membekas dihatinya. Disisi lain pantaskah ia menolak permintaan seorang ibu yang masih disayanginya.
Seluruh keluarga Reza dan ibu terkejut sekaligus senang dengan kedatangan Nisa kecuali Tama yang pada saat itu tidak didapatinya ada dirumah tersebut. Detak jantung Nisa masih sangat kencang dan ada sejumput rasa takut untuk bertemu dengan Tama. Awalnya Nisa hanya terdiam, namun dahulu ia telah kenal cukup baik dengan keluarga Tama sehingga suasananya tidak membuat Nisa canggung. Dirumah ini Nisa ikut memasak bersama sang ibu.
Ketika mereka sedang menyantap masakan dengan nikmatnya, terdengar suara bentakan seorang lelaki dengan sangat kerasnya yang diikuti dengan tanggis perempuan. Blaaaaakkk, pintu rumah ini dibanting. Kami semua terjekut. Sesosok laki-laki bertubuh tegap, dengan kulit hitam manis dengan penampilan terlihat kurang sopan melewati meja makan menuju anak tangga dan naik keruang dilantai atas dari rumah ini. Seorang perempuan yang sangat cantik pun melewati kami mengejar laki-laki tersebut, tanpa ada rasa hormat terhadap kami yang sedang makan siang pada hari itu. Pertengkaran kembali terjadi di lantai atas. Laki-laki tersebut adalah Tama. Nisa hanya terdiam. Ayah dan ibunya Tama mendekati Nisa sambil memegang pundaknya Nisa. Setelah makan siang kami duduk diruang tamu, disana seluruh keluarga Tama berkumpul termasuk Reza, adiknya Tama yang baru kelas 3 Sekolah Dasar. Mereka menceritakan kalau wanita tadi adalah pacarnya Tama, Nisa hanya terdiam. Ternyata perpisahan dengan Nisa membuat Tama sangat tersiksa dan sering bergonta-ganti pacar dan tida ada satupun dari pacarnya tersebut yang ia sayangi karena Tama hanya punya cinta untuk Nisa. Perbuatan Tama telah menyiksa dirinya sendiri, kristal bening itu kembali melintasi wajah manis Nisa. Wanita yang mengikuti Tama tadi menghampiri kami sambil berkata: “Anak Kalian Brengseeek” sambil menanggis dan tidak punya sopan santun terhadap orang tuanya Tama. Mereka hanya bisa terdiam dan menerima ucapan wanita tersebut karena anak mereka berada pada posisi yang salah. Tidak lama kemudian Nisa pun berpamitan pulang.
***
Ketika semua telah berkumpul untuk makan malam, Tama pun turun dari kamarnya dan ikut makan bersama seluruh keluarganya tanpa ada sedikitpun rasa bersalah dengan kejadian tadi siang. “Tumben ibu masak makanan kesukaan Tama” ucap Tama. Reza langsung menjawab: “Itu kak Nisa yang masak pacarnya kakak dulu”. Tama tersedak, kemudian langsung minum dilanjutkan dengan tertawa terbahak-bahak. Ayah dan ibu Tama berusaha menjelaskan kepada Tama tentang kebenaran itu dan keberadaan Nisa pada kejadian tadi siang. Tama marah besar kepada seluruh keluarganya karena tidak segera memberitahukan hal tersebut kepadanya.
Di rumahnya Nisa masih tidak percaya dengan apa yang telah dialaminya hari ini. Dia harus bertemu dengan Tama beserta keluarganya dengan kondisi yang sama sekali tak pernah terbayangkan sebelumnya. Tama adalah pacar pertama Nisa yang hingga saat ini masih menetap dalam hatinya yang tidak pernah tergantikan oleh sosok pria lain. Nisa tidak pernah mau membuka hatinya untuk pria lain karena perasaan cintanya yang begitu tulus pada Tama. Walaupun Tama telah berulang kali menyakitinya tapi Nisa tidak pernah merasa dendam terhadap Tama. Nisa membuka kembali sebuah novel pemberian Tama yang didalamnya terdapat foto mereka berdua. Novel ini merupakan satu-satunya benda yang diberikan Tama padanya tepatnya ketika hari ulang tahun Nisa. Kristal bening itu kembali mengalir dengan kisah yang masih sama.
Sedangkan dikediaman Tama, Tama sedang duduk di beranda rumahnya dilantai atas sambil menghembuskan asap rokoknya. Teringat dalam benak Tama tentang nasehat Nisa terhadapnya untuk mengurangi kebiasaan merokok, teringat pula kebiasaan yang sering mereka lakukan penuh dengan tawa, canda dan ego, Tama tersenyum namun ada rasa sesak dengan apa yang telah dilakukannya terhadap Nisa. Telah berulang kali gadis imut itu disakitinya tapi tetap sabar dan punya keinginan yang sangat besar untuk mempertahankan hubungan mereka. Gadis itu sungguh sangat berarti baginya. Sampai saat ini pun tidak ada wanita lain yang bisa mengisi hati Tama karena hatinya telah ditempati oleh Nisa dan tak akan pernah tergantikan oleh wanita manapun. Hanya Nisa yang bisa mengerti dan bisa menerima sifat Tama.
***
Pagi-pagi Tama telah bangun dengan penuh keceriaan ia menyapa seluruh keluarganya yang ada di meja makan yang tengah memulai sarapan. Tak henti-hentinya Tama tersenyum dengan satu lesung pipit di pipi bagian sebelah kiri wajahnya. “Sudah lama sekali kami tidak melihat senyum manismu itu Tam”: kata ibunya. Semua yang ada dimeja makan ikut tersenyum dengan bahagia.
***
Tepat pukul tiga sore ketika Nisa melihat arloji yang terpasang ditangannya, waktunya ia meninggalkan semua pekerjaan kantornya. Dibereskannya semua berkas-berkas yang berantakan diatas mejanya, diperiksanya kembali agar tidak ada barangnya yang tertinggal. Nisa menuju parkiran motor sebuah Dinas Penyuluhan Perikanan tempatnya bekerja. Berakhir sudah semua pekerjaannya hari ini yang cukup melelahkan. Dengan mengendarai sebuah motor bebek yang selama ini menjadi teman setia dalam perjalanannya, ia berhenti disebuah tempat jajanan makanan yang berada di pinggiran kota, disana ia membeli nasi goreng yang dikenalnya cukup enak selama beberapa bulan ia tinggal di kota ini. Ketika hendak membayar penjualnya mengatakan bahwa nasi goreng tersebut telah dibayar oleh seorang pemuda yang sedang berdiri disamping CRV miliknya. Nisa terdiam dan sangat penasaran dalam benaknya mengatakan kalau dia belum begitu mengenal baik pemuda dilingkungannya yang baru ini dan siapakah pemuda yang sedang berdiri itu. Didekatinya sang pemuda :”Permisi mas, ma.......af (pemuda itu langsung menoleh kearah Nisa). Jantung Nisa berdetak semakin kencang, kakinya sangat lemah dan tubuhnya seakan mau runtuh. Tak pernah terbayangkan olehnya akan bertemu dengan sosok pria ini lagi. Ternyata lelaki yang telah membayar nasi gorengnya tersebut adalah Tama. Tama memberikan senyum manis kepada Nisa sambil berkata : Hi, apa kabar?. Nisa hanya diam dan tak bisa berkata-kata, kristal bening itu kembali mengalir melewati lintasan terlembut diwajahnya, senyum Tama dan kedatangannya yang tiba-tiba justru membuat hati Nisa terasa perih kembali. Tanpa berkata apa-apa Nisa bergegas meninggalkan Tama dan segera menaiki motornya. Dikendarai motornya dengan kecepatan 100 Km/Jam, padahal biasanya Nisa mengendarai motornya dengan kecepatan maksimal 60 Km/Jam. Entah apa yang ada dipikiran Nisa sekarang, sedangkan mobil Tama masih mengejar Nisa dibelakangnya. Raut wajah Tama sangat cemas, ia tidak menyangka Nisa akan memberikan respon seperti ini, sangat berbeda dengan Nisa yang dulu dikenalnya selalu mengalah terhadapnya dan sebesar apapun kesalahan Tama pasti diberikan maaf oleh Nisa. Tiba-tiba tepat pada sebuah tikungan: “Blaaaaaaaaaaak” Nisa menabrak bagian belakang sebuah bis karyawan, Nisa terjatuh dari motornya. Tama langsung mengerem mobilnya dengan rasa khawatir dan penuh ketakutan, tubuh imut Nisa segera dibawa masuk ke mobil Tama menuju Rumah Sakit. Nisa masih tersadar dan memberikan senyum pada Tama, Tama tak membalas senyuman itu, ia justru menanggis merasa bersalah dengan apa yang telah terjadi pada orang yang sangat dicintainya.
****
Nisa terbangun dilihatnya sekeliling ruangan Rumah Sakit Bunda dan orang-orang yang berada disekeliling tempat tidur pasien yang sedang ditempatinya saat ini tak lain adalah Tama beserta keluarganya. Gadis imut ini berusaha tersenyum namun tidak bisa karena rahangnya terasa begitu sakit. “Jangan dipaksakan minoyi”: panggilan itu diucapkan kembali oleh Tama. Suasananya semakin hening.
Setelah tiga hari Nisa dirawat dirumah sakit dan ditemani oleh Tama yang memberikan perhatian lebih padanya. Kondisi Nisa telah membaik sehingga ia bisa pulang hari ini juga. Kepulangannya dijemput oleh keluarga Tama yang selama ini telah menjalin hubungan baik dengannya.
Nisa tidak diantar ketempat tinggalnya, justru dibawa kerumah Tama. Ibunya Tama yang sudah menganggap Nisa sebagai anaknya menjelaskan dengan kondisi Nisa seperti ini akan lebih baik jika ia tinggal dirumah mereka untuk sementara waktu. Nisa tidak bisa menolak, namun ia tidak ingin luka lama yang begitu menyakitkan baginya terulang kembali. Walaupun jauh dilubuk hatinya yang paling dalam ia masih mencintai Tama.
Nisa merebahkan tubuhnya ditempat tidur dengan bantuan ibunya Tama, “Nis, makasih yah kamu telah mengembalikan kebahagiaan Tama seperti dulu lagi” kalimat yang terlontar dari bibir ibu itu membuat Nisa binggung tidak mengerti. Nisa hanya terdiam sambil memberikan senyum manis kepada ibunya Tama. “Sekarang Nisa istirahat dulu ya, nanti ibu panggilkan Tama untuk menemanimu nak”: ucap ibunya Tama. Sebelum ibu memanggil anak lelakinya itu, Tama telah datang terlebih dahulu untuk menemani Nisa. Kemudian ibu pergi meninggalkan mereka berdua. Nisa tidak sanggup menatap wajah mantan kekasihnya yang tak pernah tergantikan oleh sosok lelaki manapun. Tama menggengam jemari Nisa, gadis imut ini berusaha melepaskan genggaman itu tapi sayangnya ia terlalu lemah. Sambil tertunduk rapuh dihadapan Nisa, Tama menganggis dan meminta maaf atas semua kesalahannya selama ini. Dia mengakui kalau tidak ada perempuan lain yang dapat menggantikan posisi yang selama ini ditempati oleh Nisa pada palung terdalam dihatinya. “Aku sangat menderita menjalani hidup tanpamu nis, tak ada satupun perempuan yang bisa mencintaiku dengan tulus seperti kamu nis, aku sangat menyayangimu nisa”. Tama mengambil sebuah kotak yang ternyata berisi semua benda pemberian nisa. Nisa menanggis haru dihadapan Tama. “Tam, apa kamu pernah menyadari perjuanganku untuk mempertahankanmu sebelum kita berpisah, apa kamu tahu aku tidak pernah mau menjalani hubungan dengan lelaki lain, apa kamu tahu itu”. “Aku sangat mencintaimu Tam, aku masih teramat sangat menyayangimu” (dengan suara serak nisa mengucapkan kalimat tersebut). Tama memeluk Nisa, suasananya semakin haru.
****
Pagi-pagi setelah sarapan nisa duduk diberanda depan rumahnya tama sambil memperhatikan kekasihnya mencuci mobil kesayangannya. Tama menyuruh nisa bersiap-siap untuk diajaknya pergi jalan-jalan tanpa memberi tahu kemana tempat yang akan dituju.
Setelah lebih kurang dua jam perjalanan akhirnya sampai juga ditempat tujuan, Tama segera membangunkan Nisa yang tertidur pulas karena kondisinya yang belum begitu pulih. Nisa terkejut tidak menyangka bisa berada ditempat ini di Puri Kasih Sayang yaitu tempat dimana ia selalu berbagi dengan anak-anak yatim piatu. Nisa bahagia sekali bertemu dengan malaikat-malaikat kecilnya. Tama tersenyum senang melihat kekasihnya dan ia pun merasa bangga dengan kepribadian yang dimiliki oleh kekasihnya itu. Tidak lama kemudian ada hal lain yang mengejutkan Nisa, dengan kemunculan keluarga Tama dan orang-orang terdekatnya. Dihadapan mereka semua Tama melamar Nisa, kristal bening itu kembali melintasi wajah cantik Nisa, ternyata penantian dan kesetiaan yang telah dijaganya selama ini berbuah keindahan yang tidak pernah terbayangkan.
Cinta bisa meluluhkan hati yang paling keras dan juga bisa menyembuhkan luka yang paling dalam. Nisa selalu mencari arti dari setiap langkah hidup yang dijalaninya. Ia pun seringkali memberikan perhatian terhadap orang-orang disekelilingnya, karena ia ingin berarti bagi orang-orang yang berada disekelilingnya. Seperih apapun jalan yang telah mereka lewati, Allah telah membuat segalanya indah pada waktu yang telah Dia tentukan. “ But may be, that’s the way he is. And I loves the way he loves me”.

Rabu, 20 April 2011

Bantu Akuhh Melawan Ego

Ketika kita memutuskan untuk menjalani kehidupan dengan orang yang kita sayang...

Sadarilah bahwa tak sepenuhnya waktu dan hidupnya untuk diri kita semata...

Kita hanya merupakan bagian dari hidupnya...

Namun rasa egois yang selalu ingin memiliki

Seringkali menjadi boomerang

Dan menghancurkan semuanya

Menjadi sebuah rasa yang tak bisa menyatukan rasa sayang itu...

Terkadang sangat memungkinkan kalau suatu saat nanti

Semua hanya akan jadi kenangan ...

Namun perjuangan untuk mengalahkan ego itu harus ditingkatkan

Seberapa sulit jalan yang harus dilalui

Seberapa perih kenyataan yang ada di depan mata

Lewati dengan penuh perjuangan

Untuk mendapatkan kebahagiaan bersamanya

Bantu aku untuk itu

Ingin q selalu ada dihatimu

Dalam Diamku

Dalam diam q
Ku tak ingin apa-apa lagi dari sosok itu
Ku hanya ingin buatnya bahagia
Ingin ku berada pada tempat terindah dihatinya
Ku rela atas pilihannya
Ku ikhlaskan perasaannya
Dalam diam q
Tak ingin apa-apa lagi darimu
Ingin ku slalu ada dihatimu
Dalam diam q
Ku harus pergi agar kau bahagia
Dalam diam q
Ku hanya minta sisa waktu yang ada tuk buatmu bahagia
Seperih apapun itu yang terbaik kan slalu Terindah

PERIH

Berlarilah sejauh mungkin

Tak usah pedulikan rasa sayang

yang telah dibayar mahal dengan sebuah pengingkaran

Kesetiaan dan ketulusan

yang telah dilakukan dengan penuh pengorbanan

Sudah tak ada artinya lagi

Biarkan kerikil-kerikil kecil itu

melukai telapak kaki

Karena rasa sakit itu

tak ada artinya daripada rasa sakit ini

DILEMA

Benarkah
Apa itu yang dia rasakan???

Dan akuh
Sampai kapan aku terus begini
Terpenjara dalam rasa yang tak layak untuk dipertahankan

Dimana jalan pikiran itu
Di bodohi oleh perasaan yg sungguh dan selalu menyakitkan
Namun rasa sakit itu akan hilang dengan sekejap

Bulshit
Jika tetap ingin buatnya bahagia

Tapi
Tapi
Dan tapi
Rasa sayang itu akan tetap ada dan tak akan pernah tergantikan oleh apapun

Egoiskah diri ini
Jika tetap ingin bertahan
Walau tak dianggap

Sosok lain telah singgah
Untuk selamanya
Saatnya pengabdian itu dilakukan

Biarkan mengalir
Apa adanya karna hatinya tak lagi untuk q
Dan hati q akan dipaksa untuk sosok lain
Jalani walau perih
Jangankan kerikil
pecahan beling pun harus dilewati

Rasa apa ini
???

Ketika Rasa Itu Masih Bisa di Nikmati

Luka itu tak terasa lagi sakitnya
Semua karna perih itu sudah terlalu sering digoreskan

Tak ada lagi air mata yang menetes
Karna air mata itu telah habis mengalir

Namun tak ada dendam atas semua ini
Karna rasa itu tulus adanya

Bahagiaku pernah mengenalmu
Indah hidupku karna warnamu

Namun egomu
Membawaku harus melepaskanmu
Karna inilah aku apa adanya
Ternyata bukan aku yang kau inginkan
Melupakanku itu lebih baik bagimu

Tegarnya hati ini
Karna tak ada yang sia-sia