Minggu, 04 September 2011

PEMANFAATAN RUMPUT LAUT Glacilaria sp SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN KERTAS

MAKALAH  TEKNOLOGI INDUSTRI TUMBUHAN LAUT
PEMANFAATAN RUMPUT LAUT Glacilaria sp SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN KERTAS















OLEH :
YUNIARTI
(05071010016)




TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2009

A. Sejarah Awal Teknologi Pembuatan Kertas Rumput Laut
Pada prinsipnya teknologi pembuatan kertas cukup sederhana, sebagaimana penemuan pertama bahan kertas oleh Ts’ai Lun Lun seorang pegawai negeri pada pengadilan kerajaan di tahun 105 M pada zaman kekaisaran Thiongkok Ho Ti (tercatat dalam sejarah resmi dinasti Han). Bahan utamanya adalah bambu yang dilumatkan menjadi bubur lalu dibentuk menjadi lembaran dan dipres kemudian dikeringkan hingga menjadi lembaran kertas. Bahkan baru-baru ini Dr. Ir. Grevo Gerung (Dosen/Peneliti dari Unsrat Manado) menemukan jenis rumput laut (Ptolophora sp) yang dapat dijadikan sebagai alternatif bahan baku pembuatan kertas. Meskipun teknologi pembuatan kertas dari rumput laut ini masih dalam skala penelitian, namun hal ini merupakan peluang bagi industri rumput laut di Indonesia.
Rumput laut (seaweed) merupakan tumbuhan tingkat rendah berupa thallus (batang) yang bercabang-cabang, dah hidup di laut dan tambak dengan kedalaman yang masih dapat dicapai oleh cahaya matahari. Potensi rumput laut di Indonesia mempunyai prospek yang cukup cerah, karena diperkirakan terdapat 555 species rumput laut yang tersebar di perairan Indonesia dengan total luas lahan perairan yang dapat dimanfaatkan sebesar 1,2 juta hektar, sehingga Indonesia berpotensi besar untuk menimba untung dari
bisnis ini. Tetapi  pada sat ini pemanfaatan rumput laut sangat terbatas hanya pada jenis-jenis yang telah umum dikenal saja yaitu jenis rumput laut Carrageenophytes, yaitu jenis rumput laut penghasil karaginan seperti Euchema cottoni atau Kappaphycus alvarezii dan Euchema spinosum serta Gracilaria sp. Euchema cottoni atau Kappaphycus alvarezii. Rumput laut merupakan bahan baku dari berbagai jenis produk olahan bernilai
ekonomi tinggi, rumput laut selain digunakan sebagai pewarna makanan dan tekstik, juga dapat digunakan sebagai produk pangan maupun non pangan, seperti : agar-agar, karaginan, dan alginat. Sebagai sumber gizi, rumput laut memiliki kandungan karbohidarat, protein, sedikit lemak, dan abu (natrium, kalium, fosfor, natrium, besi, yodium). Juga terdapat kandungan vitamin-vitamin yaitu A, B1, B2, B6, B12, dan C, betakaroten. Selain digunakan untuk bahan makanan dan obat, ekstrak rumput laut yang
merupakan hidrokoloid saperti agar, karaginan, dan alginat juga banyak diperlukan dalam berbagai industri. Rumput laut dimanfaatkan sebagai bahan penstabil, pengemulsi, pembentuk gel, pengental, pensuspensi, pembentuk busa, pembentuk film. Caraginan banyak dimanfaatkan oleh industri farmasi, kosmetik, makanan, dan minuman, petfood, serta keramik, sehingga produk rumput laut berpotensi besar dalam perkembangan produksi indonesia.
B. Pemanfaatan Rumput Laut Sebagai Bahan Baku Pembuatan Kertas
Indonesia sebagai negara maritim,  mempunyai prospek yang cukup cerah dalam memproduksi  rumput laut dan turunannya,  terbukti beberapa daerah yang telah menghasilkan berbagai jenis rumput laut yang mampu memasok bahan baku produk primernya,  untuk meningkatkan produktivitasnya perlu ditingkatkan pula budidayanya,  dan dengan kemajuan iptek serta sentuhan biotek dapat kiranya dihasilkan rumput laut yang mempunyai kualitas yang tinggi,  dengan spesifikasi : kandungan komponen primer yang tinggi,  umur panen lebih singkat, dan tahan terhadap penyakit serta kontaminan, bahkan kondisi lingkungan yang ekstrim sekalipun.

Pasar menurut grade dan sumber bahan baku
Grade/Rumput Laut
VOLUME (Ton)
% ASE
Powder/Glacilaria
4.1
54
Powder/Gelidium
2.305
30
Batang/Glacilaria
   250
  3
Kertas/Glacilaria
  275
  4
Bacto/Gelidium
   700
  9
Total
7.63
100

Di beberapa negara timur jauh dan kepulauan pasifik rumput laut digunakan sebagai sumber makanan,  sejumlah besar penduduk daerah maritim secara langsung ataupun tidak langsung mengkonsumsi atau berhubungan dengan berbagai bentuk produk alga laut,  dimana rumput laut ini berguna bagi makanan manusia ataupun untuk hewan, juga obat-obatan,  agar kultur,  dan sebagai sumber bahan baku berbagai industri.
Rumput laut merupakan bahan baku dari berbagai jenis produk olahan bernilai ekonomi tinggi untuk tujuan pangan maupun non pangan, yaitu : agar-agar, karaginan, dan alginate. Sebagai sumber gizi, rumput laut memiliki kandungan karbohidrat, protein, sedikit lemak, dan abu (natrium, kalium, fosfor, natrium, besi, yodium). Juga terdapat kandungan vitamin-vitamin yaitu A, B1, B2, B6, B12, dan C, betakaroten.
Rumput laut merupakan bagian dari tanaman perairan (algae) yang diklasifikasikan ke dalam 2 kelas yaitu makro algae dan mikro algae.  Rumput laut termasuk pada kelas makro alge,  yaitu  penghasil bahan-bahan hidrokoloid,  selain mengandung bahan hidrokoloid sebagai komponen primernya, rumput lautpun mengandung komponen sekunder  yang kegunaannya cukup menarik  yaitu sebagai obat-obatan dan keperluan lain yang cukup penting seperti kosmetik dan industri lainnya. Saat ini, Indonesia menempati peringkat ke 9 sebagai produsen pulp dan peringkat 12 dalam hal produksi kertas dunia. Di tahun 2010, diperkirakan kebutuhan kertas global akan meningkat 32% dari 299 juta ton pada tahun 1997
Pemanfaatan rumput laut sebagai bahan pembuat kertas ini baru diterapkan di dua negara, Amerika Serikat dan Korea Selatan. Selama ini pemanfaatan rumput laut di Indonesia masih terbatas, terutama pada produk makanan, yaitu sebagai bahan pembuatan agar-agar. Kertas merupakan salah satu produk turunan selulosa yang memegang peranan cukup signifikan dalam kehidupan sehari-hari. Pemakaian kertas pertama kali diawali di China yang dibuat dari serat aneka tanaman seperti bambu, mulberi, willow, lontar, jerami, kapas dan lainnya. Perkembangan pembuatan kertas ini sangat cepat dan semakin lama teknik pembuatan kertas semakin canggih dan mampu menghasilkan berbagai jenis kertas seperti yang biasa dimanfaaatkan dewasa ini. Industri kertas merupakan salah satu jenis industri terbesar di dunia dengan menghasilkan 178 juta ton pulp, 278 juta ton kertas dan karton, dan menghabiskan 670 juta ton kayu. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dunia, kebutuhan akan kertas juga semakin meningkat.
Tabel Negara Produser Rumput Laut Dunia Utama, 1998 - 2002
Negara
1998
1999
2000
2001
2002
Kenaikan Rata-rata (%)
Total (ton)
1.845.643
1.925.348
1.980.758
2.225.783
2.574.640
8.81
Philipines
656.632
673.361
678.743
760.64
884.066
7.91
China
364.45
411.37
481.59
583.99
670.62
16.51
Taiwan
14.77
15.327
12.529
15.628
16.799
4.44
Korea Rep
190.979
205.706
130.488
167.909
223.65
8,26
Indonesia
117.21
133.72
205.227
212.473
223.08
19.02
Chili
68.386
31.278
33.471
65.538
71.648
14.47
Japan
396.615
409.85
391.681
373.121
436.031
2.76
Lainnya
36.601
44.736
47.029
46.484
48.746
7,76
Sumber Statistical Year Book FAO 2002
Selama ini kita mengenal kertas dihasilkan dari kayu yang ditebang dari pepohonan di hutan, dengan laju deforestrasi hutan yang cukup tinggi mencapai 1,18 juta hektar. Namun, yang sering dilupakan bahwasanya Indonesia tidak hanya hutan dan daratan saja, akan tetapi 3/4 dari luas Indonesia berupa perairan atau lautan. Banyak potensi yang belum dioptimalkan diantaranya adalah rumput laut yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku kertas, pengganti kayu dari hutan.
 Luas laut Indonesia yang sesuai untuk budidaya rumput laut diperkirakan seluas, 1,1 juta ha yang sampai saat ini belum digarap dengan maksimal. Kunci sukses transformasi rumput laut jadi kertas adalah ditemukannya serat atau fiber. Bila kayu mengandung serat selulosa, rumput laut mengandung serat agalosa selebar 3-7 mikrometer dan panjang 0,5-1 milimeter, dengan fleksibilitas tinggi, tidak ditemukan unsur lignin, dan mengandung substansi perekat cair. Dari penelitian mikroskop terlihat ukuran dan bentuk serat agalosa lebih homogen, tidak seperti serat selulosa yang bulat, lonjong, atau pipih. Homogenitas ini yang membuat kualitas kertas lebih baik, lebih fleksibel, lebih halus. Jenis rumput laut yang umumnya dibudidayakan di Indonesia adalah jenis adalah Gracillaria untuk di tambak dan Euchema di laut.
C. Bahan Dasar Yang Digunakan Dalam Pembuatan Kertas Rumput Laut
 Dalam pembuatan kertas berbahan dasar rumput laut ini, jenis yang digunakan adalah alga merah (red seaweeds / Rhodophyceae) species Gracillaria. Gracilaria memiliki nama daerah yang bermacam-macam, seperti: sango-sango, rambu kasang, janggut dayung, dongi-dongi, bulung embulung, agar-agar karang, agar-agar jahe, bulung sangu dan lain-lain. Gracilaria memiliki kelebihan dibandingkan jenis alga merah yang lain seperti Eucheuma Cottoni, Chondrus (penghasil karaginan) dan Fulcellaria (penghasil fulceran).








Gracilaria
 Kelebihan Gracilaria adalah seratnya lebih panjang berdasarkan hasil analisa seperti ditunjukkan pada Tabel berikut :
Analisa Rumput Laut dari Jenis Eucheuma dan Gracilaria

Jenis analisa

E. spinosum
E. spinosum
E. spinosum
G. gigas
(Bali)%
(Sul Sel)%
(Bali)%
(Bali)%
Kadar air
12,90
11,80
13,90
12,90
Protein (Crude protein)
5,12
9,20
2,69
7,30
Lemak
0,13
0,16
0,37
0,09
Karbohidrat
13,38
10,64
5,70
4,94
Serat kasar
1,39
1,73
0,95
2,50
Abu
14,21
4,79
17,09
12,54
Mineral:Ca
52,85 ppm
69,25 ppm
22,39 ppm
29,925 ppm
Fe
0,108 ppm
0,326 ppm
0,121 ppm
0,701 ppm
Cu
0,768 ppm
1,869 ppm
2,736 ppm
3,581 ppm
Pb
=
0,015 ppm
0,040 ppm
0,190 ppm
Vitamin B1 (Thiamin)
0,21 mg/100g
0,10 mg/100g
0,14 mg/100g
0,019 mg/100g
Vitamin B2 (Riboflacin)
2,26 mg/100g
8,45 mg/100g
2,7 mg/100g
4,00 mg/100g
Vitamin C
43 mg/100g
41 mg/100g
12 mg/100g
12 mg/100g
Carrageenan
65,75%
67,51%
61,52%
47,34%

D. Proses Pengolahan Rumput Laut Menjadi Kertas
Proses pembuatan kertas dari rumput laut tidak berbeda daripada pembuatan kertas dari kayu. Ada lima proses pokok, yakni (1) penyiapan bahan baku; (2) pemasakan rumput laut; (3) ekstraksi rumput laut; (4) pemutihan; dan (5) pencetakan. Secara umum, proses produksi dimulai dari panen rumput laut merah, kemudian dijemur, dibersihkan, dan dipotong-potong. Lalu dimasukkan dalam tungku dan dimasak pada suhu tinggi (boiling) sehingga keluar ekstrak "inti" berupa agar untuk pangan. Ampas rumput laut yang telah diambil agar-agarnya kemudian diputihkan (bleaching) lalu dihancurkan menjadi bubur rumput laut merah (pulp). Bubur inilah yang kemudian diolah jadi kertas.
Penggunaan limbah rumput laut sebagai bahan pembuatan kertas dari bahan non kayu. “Pilihan ini didasari atas tiga hal. Pertama, limbah rumput laut  dapat dijadikan kertas. Kedua, serat dari limbah rumput laut belum termanfaatkan secara optimal. Ketiga, Indonesia menjadi salah satu penghasil utama rumput laut dan mampu memenuhi sekitar 60-70 persen kebutuhan pasaran dunia.
“Industri kertas ini tidak bersaing dengan industri agar-agar. Kita jusru memanfaatkan limbah agar-agar,” ujar Grevo (Dosen/Peneliti dari Unsrat Manado). Bila dibandingkan, proses produksi kertas dari kayu, sarat akan bahan kimia seperti NaOH dan Na2S (untuk memisahkan serat selulosa dari bahan organik). Dan, berefek gas yang berbau dan mengandung hidrogen sulfida (H2S), methyl mercaptan (CH3SH), dimethyl sulphide (CH3SH3), dimethyl disulphide (CH3S2CH3) dan senyawa gas sulfur. Hal inilah yang membuat operasional pabrik kertas berbahan baku kayu hampir selalu berbenturan dengan kepentingan lingkungan hidup. Sementara pengolahan produksi kertas dari rumput laut, diproses nyaris tanpa bahan kimia selain pemutihan dengan klorin. Dan yang terpenting, menurut Grove, hampir tidak ada limbah yang keluar, sehingga tidak berdampak bagi kesehatan.







E. Kelebihan Rumput Laut Sebagai Bahan dasar Kertas
Beberapa kelebihan yang dimiliki rumput laut sebagai bahan dasar kertas adalah pertumbuhan massa rumput laut yang sangat tinggi, yakni 5-10 % sehari. Dengan masa panen 70 hari, pertumbuhan tersebut sangat pesat dibandingkan pohon sebagai bahan baku kertas konvensional, yang baru dapat dipotong minimal 7 tahun bahkan 15 tahun pada negara-negara subtropis. Untuk negara tropis seperti Indonesia, rumput laut dapat dipanen sepanjang tahun, sedangkan negara beriklim subtropis, panen rumput laut hanya dapat dilakukan selama 2 kali dalam setahun. Tentu hal ini merupakan point plus bagi rumput laut Indonesia. Kelebihan lain dari kertas berbahan dasar rumput laut adalah minimnya komponen racun yang ada pada kertas. Berbeda dengan kertas konvensional yang menggunakan bahan-bahan kimia dalam proses produksi, pengolahan kertas dari rumput laut diproses nyaris tanpa bahan kimia, kecuali pemutihan dengan klorin, sehingga hampir tidak ada limbah berbahaya yang dihasilkan. Dengan demikian proses ini aman bagi lingkungan dan tidak berdampak negatif bagi kesehatan. Setelah dilakukan pengujian, kertas rumput laut ini hanya mengandung 17 komponen racun, sedangkan  kertas berbahan dasar kayu mengandung 40 komponen racun. Kondisi ini berpeluang menjadikan kertas berbahan dasar rumput laut sebagai bahan kemasan untuk produk pangan.
Pada akhirnya, dengan menjadikan rumput laut sebagai bahan baku kertas maka meningkatkan nilai guna dan nilai ekonomi rumput laut itu sendiri yang selama ini hanya diekspor dalam bentuk kering tanpa dilakukan pengolahan lanjutan. Hal ini menyebabkan harga rumput laut Indonesia jatuh dipasar internasional. Kajian singkat yang dilakukan oleh PT. Bank Ekspor Indonesia (BED pada tahun 2006 menunjukkan rata-rata komoditi rumput laut Indonesia di pasaran dunia terpaut pada harga 496 US$/ton. Harga rumput laut Indonesia termasuk yang paling murah jika dibandingkan dengan Negara eksportir lainnya, rumput laut Cina memiliki harga 1,943 US$/ton, rumput laut Korea 2,984 US$/ton, rumput laut Chile 680US$/ton.
Dibandingkan dengan penggunaan kayu yang telah menurun ketersediaannya di alam, menyusul pelarangan penebangan hutan, rumput laut merupakan alternatif yang menjanjikan. Tingkat pertumbuhan alga merah lebih dari 100 ton kering per hektar per tahun. Untuk pembudidayaan dan pengolahan skala besar memerlukan dana di bawah 50 dollar AS per ton kering. Sementara biaya untuk pengolahan kayu sekitar 150 dollar AS per ton kering. Kelebihan lain alga merah adalah mampu mengonsumsi CO2 . Serat alga merah memiliki kelenturan yang tinggi. Hal ini memungkinkan proses pembentukan yang baik. Karena dapat menahan zat anorganik dalam jumlah besar, alga merah dapat menjadi kertas pelapis (overlay paper) dan sebagai kertas filter karena tidak memerlukan proses pemurnian atau penjernihan.
Karakteristik lain adalah tidak berbau ketika dibakar sehingga dapat juga dijadikan kertas rokok. Karena tidak mengandung bahan berbahaya dan beracun, kertas dari rumput laut ini dapat pula digunakan untuk keperluan makanan dan medis. Dengan berbagai kelebihan ini, rumput laut kini dikembangkan untuk berbagai keperluan. Saat ini ada sekitar 500 produk komersial yang memanfaatkan bahan baku rumput laut. Sebagai negara bahari, banyak spesies yang ditemukan dapat dibudidayakan, seperti Gracillaria, Euchema Cottonii, dan E Spinosum.






F. Hambatan dalam Pengembangan Kertas Rumput Laut
Kelemahan harga rumput laut Indonesia disebabkan oleh karena sebagian besar rumput laut kita diekspor dalam bentuk mentah (raw material), padahal value-added rumput laut mentah yang diolah memberikan premium yang sangat tinggi. Sebagai contoh, Cina dan Korea mengolah rumput laut menjadi bahan makanan dan supplemen mendapat apresiasi harga yang tinggi di Jepang.

G. Peluang Nilai Tambah Produksi Kertas Rumput Laut
Pengertian (term) “nilai tambah” (value-added) dalam dunia usaha perikanan masih beragam dan hampir disejajarkan dengan margin antara harga pembelian bahan baku (raw material) dan produk akhir (end products), meskipun sebenarnya antara keduanya berbeda. Namun secara umum (general) dapat dilihat betapa besar perbedaan antara harga jual rumput laut kering dengan produk turunannya ataupun produk akhirnya.
 Kajian singkat yang dilakukan oleh PT. Bank Ekspor Indonesia (BED) pada tahun 2006 menunjukkan rata-rata komoditi rumput laut Indonesia di pasaran dunia terpaut pada harga 496 $US/ton. Harga rumput laut Indonesia termasuk yang paling murah jika dibandingkan dengan Negara eksportir lainnya, rumput laut Cina memiliki harga 1,943 $US/ton, rumput laut Korea 2,984 $US/ton, rumput laut Chile 680$US/ton. Kelemahan harga rumput laut Indonesia disebabkan oleh karena sebagian besar rumput laut kita diekspor dalam bentuk mentah (raw material), padahal value-added rumput laut mentah yang diolah memberikan premium yang sangat tinggi. Sebagai contoh, Cina dan Korea mengolah rumput laut menjadi bahan makanan dan supplemen mendapat apresiasi harga yang tinggi di Jepang. Keuntungan lain dari olahan rumput laut adalah pengenaan tarif yang lebih rendah, bahkan nol, dibanding dalam bentuk mentah yang dapat dikenakan tarif hingga 40% di Jepang.
 Perkembangan ekspor rumput laut Indonesia pada tahun 1999 s.d. 2004 mengalami peningkatan rata-rata 10,21%. Tentu saja rumput laut yang diekspor tersebut masih dalam bentuk raw material dengan harga yang cukup memprihatinkan, pada hal disisi lain peluang value-added untuk olahan rumput laut cukup terbuka lebar. Revitalisasi rumput laut melalui kegiatan budidaya rumput laut secara besar-besaran yang sedang digalakkan, akan mampu meningkatkan kesejahteraan para pembudidayanya jika teknologi pengolahan (pasca panen) rumput laut dapat segera mungkin diwujudkan dalam dunia bisnis rumput laut Indonesia. Keuntungan lain dari olahan rumput laut adalah pengenaan tarif yang lebih rendah, bahkan nol, dibanding dalam bentuk mentah yang dapat dikenakan tarif hingga 40% di Jepang.


DAFTAR PUSTAKA


Algae Paper – Italy. 2004.  The Earth Report from TVE.org

Imaniuri Silaban. s2009.Rumput Laut, Alternatif Bahan Pembuat Kertas. www.suarausu online.com.

Indonesian Biotechnology Information Centre Bogor-Indonesia.2009. RUMPUT LAUT: PENYELAMATAN LINGKUNGAN PESISIR indobic@biotrop.org

Industri Pulp dan Kertas: Berpotensi, tapi Sepi Investasi. Warta Ekonomi. 2007. http://www.wartaekonomi.com/indikator.asp?aid=6728&cid=25

McHugh D.J.,2003. DARI SEGENGGAM RUMPUT LAUT MENDULANG RUPIAH MELALUI APLIKASI TEKNOLOGI.Teknologi_Pengolahan_Rumput_Laut.pdf.

Nindyaning,  Riske. 2007. Potensi Rumput Laut.

Peluang-nilai-tambah-rumput-laut-melalui-teknologikertas/.http://www.dkp.go.id/ http://blog.lautku.com/2008/01/25/.

Sutarto, 2006. Tak Ada Investasi Baru di Industri Pulp dan Kertas. http://www.tempointeraktif.com/hg/ekbis/2006/01/19/brk,20060119-72606,id.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar