MAKALAH TEKNOLOGI INDUSTRI TUMBUHAN LAUT
PEMANFAATAN RUMPUT LAUT Glacilaria sp SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN KERTAS
OLEH :
YUNIARTI
(05071010016)

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2009
A. Sejarah Awal Teknologi Pembuatan Kertas Rumput Laut
Pada prinsipnya teknologi pembuatan kertas cukup sederhana, sebagaimana
penemuan pertama bahan kertas oleh Ts’ai Lun Lun seorang pegawai negeri pada
pengadilan kerajaan di tahun 105 M pada zaman kekaisaran Thiongkok Ho Ti
(tercatat dalam sejarah resmi dinasti Han). Bahan utamanya adalah bambu yang
dilumatkan menjadi bubur lalu dibentuk menjadi lembaran dan dipres kemudian
dikeringkan hingga menjadi lembaran kertas. Bahkan baru-baru ini Dr. Ir. Grevo
Gerung (Dosen/Peneliti dari Unsrat Manado) menemukan jenis rumput laut (Ptolophora sp) yang dapat dijadikan sebagai
alternatif bahan baku pembuatan kertas. Meskipun teknologi pembuatan kertas
dari rumput laut ini masih dalam skala penelitian, namun hal ini merupakan
peluang bagi industri rumput laut di Indonesia.
Rumput laut (seaweed) merupakan tumbuhan tingkat rendah berupa thallus (batang)
yang bercabang-cabang, dah hidup di laut dan tambak dengan kedalaman yang masih
dapat dicapai oleh
cahaya matahari. Potensi rumput laut di Indonesia mempunyai prospek yang cukup
cerah, karena diperkirakan terdapat 555 species rumput laut yang tersebar di
perairan Indonesia dengan total luas lahan perairan yang dapat dimanfaatkan
sebesar 1,2 juta hektar, sehingga Indonesia berpotensi besar untuk menimba
untung dari
bisnis ini. Tetapi pada sat ini pemanfaatan rumput laut sangat terbatas hanya pada jenis-jenis yang telah umum dikenal saja yaitu jenis rumput laut Carrageenophytes, yaitu jenis rumput laut penghasil karaginan seperti Euchema cottoni atau Kappaphycus alvarezii dan Euchema spinosum serta Gracilaria sp. Euchema cottoni atau Kappaphycus alvarezii. Rumput laut merupakan bahan baku dari berbagai jenis produk olahan bernilai
ekonomi tinggi, rumput laut selain digunakan sebagai pewarna makanan dan tekstik, juga dapat digunakan sebagai produk pangan maupun non pangan, seperti : agar-agar, karaginan, dan alginat. Sebagai sumber gizi, rumput laut memiliki kandungan karbohidarat, protein, sedikit lemak, dan abu (natrium, kalium, fosfor, natrium, besi, yodium). Juga terdapat kandungan vitamin-vitamin yaitu A, B1, B2, B6, B12, dan C, betakaroten. Selain digunakan untuk bahan makanan dan obat, ekstrak rumput laut yang
merupakan hidrokoloid saperti agar, karaginan, dan alginat juga banyak diperlukan dalam berbagai industri. Rumput laut dimanfaatkan sebagai bahan penstabil, pengemulsi, pembentuk gel, pengental, pensuspensi, pembentuk busa, pembentuk film. Caraginan banyak dimanfaatkan oleh industri farmasi, kosmetik, makanan, dan minuman, petfood, serta keramik, sehingga produk rumput laut berpotensi besar dalam perkembangan produksi indonesia.
bisnis ini. Tetapi pada sat ini pemanfaatan rumput laut sangat terbatas hanya pada jenis-jenis yang telah umum dikenal saja yaitu jenis rumput laut Carrageenophytes, yaitu jenis rumput laut penghasil karaginan seperti Euchema cottoni atau Kappaphycus alvarezii dan Euchema spinosum serta Gracilaria sp. Euchema cottoni atau Kappaphycus alvarezii. Rumput laut merupakan bahan baku dari berbagai jenis produk olahan bernilai
ekonomi tinggi, rumput laut selain digunakan sebagai pewarna makanan dan tekstik, juga dapat digunakan sebagai produk pangan maupun non pangan, seperti : agar-agar, karaginan, dan alginat. Sebagai sumber gizi, rumput laut memiliki kandungan karbohidarat, protein, sedikit lemak, dan abu (natrium, kalium, fosfor, natrium, besi, yodium). Juga terdapat kandungan vitamin-vitamin yaitu A, B1, B2, B6, B12, dan C, betakaroten. Selain digunakan untuk bahan makanan dan obat, ekstrak rumput laut yang
merupakan hidrokoloid saperti agar, karaginan, dan alginat juga banyak diperlukan dalam berbagai industri. Rumput laut dimanfaatkan sebagai bahan penstabil, pengemulsi, pembentuk gel, pengental, pensuspensi, pembentuk busa, pembentuk film. Caraginan banyak dimanfaatkan oleh industri farmasi, kosmetik, makanan, dan minuman, petfood, serta keramik, sehingga produk rumput laut berpotensi besar dalam perkembangan produksi indonesia.
B. Pemanfaatan Rumput Laut Sebagai Bahan Baku Pembuatan
Kertas
Indonesia sebagai negara maritim, mempunyai prospek yang cukup cerah
dalam memproduksi rumput laut dan turunannya, terbukti beberapa
daerah yang telah menghasilkan berbagai jenis rumput laut yang mampu memasok
bahan baku produk primernya, untuk meningkatkan produktivitasnya perlu
ditingkatkan pula budidayanya, dan dengan kemajuan iptek serta sentuhan
biotek dapat kiranya dihasilkan rumput laut yang mempunyai kualitas yang
tinggi, dengan spesifikasi : kandungan komponen primer yang tinggi,
umur panen lebih singkat, dan tahan terhadap penyakit serta kontaminan, bahkan
kondisi lingkungan yang ekstrim sekalipun.
Pasar menurut grade dan sumber bahan baku
|
||
Grade/Rumput Laut
|
VOLUME (Ton)
|
% ASE
|
Powder/Glacilaria
|
4.1
|
54
|
Powder/Gelidium
|
2.305
|
30
|
Batang/Glacilaria
|
250
|
3
|
Kertas/Glacilaria
|
275
|
4
|
Bacto/Gelidium
|
700
|
9
|
Total
|
7.63
|
100
|
Di beberapa negara timur jauh dan
kepulauan pasifik rumput laut digunakan sebagai sumber makanan, sejumlah
besar penduduk daerah maritim secara langsung ataupun tidak langsung
mengkonsumsi atau berhubungan dengan berbagai bentuk produk alga laut,
dimana rumput laut ini berguna bagi makanan manusia ataupun untuk hewan, juga
obat-obatan, agar kultur, dan sebagai sumber bahan baku berbagai
industri.
Rumput laut merupakan
bahan baku dari
berbagai jenis produk olahan bernilai ekonomi tinggi untuk tujuan pangan maupun
non pangan, yaitu : agar-agar, karaginan, dan alginate. Sebagai sumber gizi,
rumput laut memiliki kandungan karbohidrat, protein, sedikit lemak, dan abu
(natrium, kalium, fosfor, natrium, besi, yodium). Juga terdapat kandungan vitamin-vitamin yaitu A, B1, B2, B6, B12, dan C,
betakaroten.
Rumput laut
merupakan bagian dari tanaman perairan (algae) yang diklasifikasikan ke dalam 2
kelas yaitu makro algae dan mikro algae. Rumput laut termasuk pada kelas
makro alge, yaitu penghasil bahan-bahan hidrokoloid, selain
mengandung bahan hidrokoloid sebagai komponen primernya, rumput lautpun
mengandung komponen sekunder yang kegunaannya cukup menarik yaitu
sebagai obat-obatan dan keperluan lain yang cukup penting seperti kosmetik dan
industri lainnya. Saat ini, Indonesia menempati peringkat ke 9 sebagai produsen
pulp dan peringkat 12 dalam hal produksi kertas dunia. Di tahun 2010,
diperkirakan kebutuhan kertas global akan meningkat 32% dari 299 juta ton pada
tahun 1997

Pemanfaatan rumput laut sebagai bahan pembuat
kertas ini baru diterapkan di dua negara, Amerika Serikat dan Korea Selatan.
Selama ini pemanfaatan rumput laut di Indonesia masih terbatas, terutama pada
produk makanan, yaitu sebagai bahan pembuatan agar-agar. Kertas merupakan salah
satu produk turunan selulosa yang memegang peranan cukup signifikan dalam
kehidupan sehari-hari. Pemakaian kertas pertama kali diawali di China yang
dibuat dari serat aneka tanaman seperti bambu, mulberi, willow, lontar, jerami,
kapas dan lainnya. Perkembangan pembuatan kertas ini sangat cepat dan semakin
lama teknik pembuatan kertas semakin canggih dan mampu menghasilkan berbagai
jenis kertas seperti yang biasa dimanfaaatkan dewasa ini. Industri kertas
merupakan salah satu jenis industri terbesar di dunia dengan menghasilkan 178
juta ton pulp, 278 juta ton kertas dan karton, dan menghabiskan 670 juta ton
kayu. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dunia, kebutuhan akan kertas
juga semakin meningkat.
Tabel Negara Produser
Rumput Laut Dunia Utama, 1998 - 2002
Negara
|
1998
|
1999
|
2000
|
2001
|
2002
|
Kenaikan Rata-rata (%)
|
Total (ton)
|
1.845.643
|
1.925.348
|
1.980.758
|
2.225.783
|
2.574.640
|
8.81
|
Philipines
|
656.632
|
673.361
|
678.743
|
760.64
|
884.066
|
7.91
|
China
|
364.45
|
411.37
|
481.59
|
583.99
|
670.62
|
16.51
|
Taiwan
|
14.77
|
15.327
|
12.529
|
15.628
|
16.799
|
4.44
|
Korea Rep
|
190.979
|
205.706
|
130.488
|
167.909
|
223.65
|
8,26
|
Indonesia
|
117.21
|
133.72
|
205.227
|
212.473
|
223.08
|
19.02
|
Chili
|
68.386
|
31.278
|
33.471
|
65.538
|
71.648
|
14.47
|
Japan
|
396.615
|
409.85
|
391.681
|
373.121
|
436.031
|
2.76
|
Lainnya
|
36.601
|
44.736
|
47.029
|
46.484
|
48.746
|
7,76
|
Sumber Statistical
Year Book FAO 2002
Selama ini kita mengenal kertas dihasilkan
dari kayu yang ditebang dari pepohonan di hutan, dengan laju deforestrasi hutan
yang cukup tinggi mencapai 1,18 juta hektar. Namun, yang sering dilupakan bahwasanya Indonesia tidak hanya hutan dan
daratan saja, akan tetapi 3/4 dari luas Indonesia berupa perairan atau lautan.
Banyak potensi yang belum dioptimalkan diantaranya adalah rumput laut yang
dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku kertas, pengganti kayu dari hutan.
Luas laut Indonesia yang sesuai untuk budidaya
rumput laut diperkirakan seluas, 1,1 juta ha yang sampai saat ini belum digarap
dengan maksimal. Kunci sukses transformasi rumput laut jadi kertas adalah
ditemukannya serat atau fiber. Bila kayu mengandung serat selulosa, rumput laut
mengandung serat agalosa selebar 3-7 mikrometer dan panjang 0,5-1 milimeter,
dengan fleksibilitas tinggi, tidak ditemukan unsur lignin, dan mengandung
substansi perekat cair. Dari penelitian mikroskop terlihat ukuran dan bentuk serat agalosa lebih
homogen, tidak seperti serat selulosa yang bulat, lonjong, atau pipih.
Homogenitas ini yang membuat kualitas kertas lebih baik, lebih fleksibel, lebih
halus. Jenis rumput laut yang umumnya dibudidayakan di Indonesia
adalah jenis adalah Gracillaria untuk
di tambak dan Euchema di laut.
C. Bahan Dasar Yang Digunakan Dalam
Pembuatan Kertas Rumput Laut

Gracilaria
Kelebihan Gracilaria
adalah seratnya lebih panjang berdasarkan hasil analisa seperti
ditunjukkan pada Tabel berikut :
Analisa Rumput
Laut dari Jenis Eucheuma dan Gracilaria
Jenis analisa
|
E.
spinosum
|
E.
spinosum
|
E.
spinosum
|
G.
gigas
|
(Bali)%
|
(Sul
Sel)%
|
(Bali)%
|
(Bali)%
|
|
Kadar
air
|
12,90
|
11,80
|
13,90
|
12,90
|
Protein
(Crude protein)
|
5,12
|
9,20
|
2,69
|
7,30
|
Lemak
|
0,13
|
0,16
|
0,37
|
0,09
|
Karbohidrat
|
13,38
|
10,64
|
5,70
|
4,94
|
Serat
kasar
|
1,39
|
1,73
|
0,95
|
2,50
|
Abu
|
14,21
|
4,79
|
17,09
|
12,54
|
Mineral:Ca
|
52,85
ppm
|
69,25
ppm
|
22,39
ppm
|
29,925
ppm
|
Fe
|
0,108
ppm
|
0,326
ppm
|
0,121
ppm
|
0,701
ppm
|
Cu
|
0,768
ppm
|
1,869
ppm
|
2,736
ppm
|
3,581
ppm
|
Pb
|
=
|
0,015
ppm
|
0,040
ppm
|
0,190
ppm
|
Vitamin
B1 (Thiamin)
|
0,21
mg/100g
|
0,10
mg/100g
|
0,14
mg/100g
|
0,019
mg/100g
|
Vitamin
B2 (Riboflacin)
|
2,26
mg/100g
|
8,45
mg/100g
|
2,7
mg/100g
|
4,00
mg/100g
|
Vitamin
C
|
43
mg/100g
|
41
mg/100g
|
12
mg/100g
|
12
mg/100g
|
Carrageenan
|
65,75%
|
67,51%
|
61,52%
|
47,34%
|
D. Proses Pengolahan Rumput Laut
Menjadi Kertas
Proses
pembuatan kertas dari rumput laut tidak berbeda daripada pembuatan kertas dari
kayu. Ada lima proses pokok, yakni (1) penyiapan bahan baku; (2) pemasakan
rumput laut; (3) ekstraksi rumput laut; (4) pemutihan; dan (5) pencetakan.
Secara umum, proses produksi dimulai dari panen rumput laut merah, kemudian
dijemur, dibersihkan, dan dipotong-potong. Lalu dimasukkan dalam tungku dan
dimasak pada suhu tinggi (boiling) sehingga keluar ekstrak "inti"
berupa agar untuk pangan. Ampas rumput laut yang telah diambil agar-agarnya kemudian
diputihkan (bleaching) lalu dihancurkan menjadi bubur rumput laut merah (pulp).
Bubur inilah yang kemudian diolah jadi kertas.
Penggunaan
limbah rumput laut sebagai bahan pembuatan kertas dari bahan non kayu. “Pilihan
ini didasari atas tiga hal. Pertama, limbah rumput laut dapat dijadikan
kertas. Kedua, serat dari limbah rumput laut belum termanfaatkan secara
optimal. Ketiga, Indonesia menjadi salah satu penghasil utama rumput laut dan
mampu memenuhi sekitar 60-70 persen kebutuhan pasaran dunia.

E. Kelebihan Rumput Laut Sebagai
Bahan dasar Kertas
Beberapa
kelebihan yang dimiliki rumput laut sebagai bahan dasar kertas adalah
pertumbuhan massa rumput laut yang sangat tinggi, yakni 5-10 % sehari. Dengan masa panen 70 hari, pertumbuhan tersebut sangat
pesat dibandingkan pohon sebagai bahan baku kertas konvensional, yang baru
dapat dipotong minimal 7 tahun bahkan 15 tahun pada negara-negara subtropis.
Untuk negara tropis seperti Indonesia,
rumput laut dapat dipanen sepanjang tahun, sedangkan negara beriklim subtropis,
panen rumput laut hanya dapat dilakukan selama 2 kali dalam setahun. Tentu hal
ini merupakan point plus bagi rumput laut Indonesia. Kelebihan lain dari kertas berbahan
dasar rumput laut adalah minimnya komponen racun yang ada pada kertas. Berbeda
dengan kertas konvensional yang menggunakan bahan-bahan kimia dalam proses
produksi, pengolahan kertas dari rumput laut diproses nyaris tanpa bahan kimia,
kecuali pemutihan dengan klorin, sehingga hampir tidak ada limbah berbahaya
yang dihasilkan. Dengan demikian proses ini aman bagi lingkungan dan tidak berdampak negatif
bagi kesehatan. Setelah dilakukan pengujian, kertas rumput laut ini hanya
mengandung 17 komponen racun, sedangkan
kertas berbahan dasar kayu mengandung 40 komponen racun. Kondisi ini berpeluang menjadikan kertas berbahan dasar
rumput laut sebagai bahan kemasan untuk produk pangan.
Pada akhirnya, dengan menjadikan rumput laut sebagai
bahan baku kertas maka meningkatkan nilai guna dan nilai ekonomi rumput laut
itu sendiri yang selama ini hanya diekspor dalam bentuk kering tanpa dilakukan
pengolahan lanjutan. Hal ini menyebabkan
harga rumput laut Indonesia
jatuh dipasar internasional. Kajian singkat yang dilakukan oleh PT. Bank Ekspor Indonesia (BED pada tahun 2006 menunjukkan
rata-rata komoditi rumput laut Indonesia
di pasaran dunia terpaut pada harga 496 US$/ton. Harga rumput laut Indonesia
termasuk yang paling murah jika dibandingkan dengan Negara eksportir lainnya,
rumput laut Cina memiliki harga 1,943 US$/ton, rumput laut Korea 2,984 US$/ton,
rumput laut Chile
680US$/ton.
Dibandingkan
dengan penggunaan kayu yang telah menurun ketersediaannya di alam, menyusul
pelarangan penebangan hutan, rumput laut merupakan alternatif yang menjanjikan.
Tingkat pertumbuhan alga merah lebih dari 100 ton kering per hektar per tahun.
Untuk pembudidayaan dan pengolahan skala besar memerlukan dana di bawah 50
dollar AS per ton kering. Sementara biaya untuk pengolahan kayu sekitar 150
dollar AS per ton kering. Kelebihan lain alga merah adalah mampu mengonsumsi CO2
. Serat alga merah memiliki
kelenturan yang tinggi. Hal ini memungkinkan proses pembentukan yang baik.
Karena dapat menahan zat anorganik dalam jumlah besar, alga merah dapat menjadi
kertas pelapis (overlay paper) dan
sebagai kertas filter karena tidak memerlukan proses pemurnian atau
penjernihan.
Karakteristik lain
adalah tidak berbau ketika dibakar sehingga dapat juga dijadikan kertas rokok.
Karena tidak mengandung bahan berbahaya dan beracun, kertas dari rumput laut
ini dapat pula digunakan untuk keperluan makanan dan medis. Dengan berbagai kelebihan ini,
rumput laut kini dikembangkan untuk berbagai keperluan. Saat ini ada sekitar 500 produk
komersial yang memanfaatkan bahan baku rumput laut. Sebagai negara bahari,
banyak spesies yang ditemukan dapat dibudidayakan, seperti Gracillaria, Euchema Cottonii, dan E Spinosum.
F. Hambatan dalam Pengembangan Kertas Rumput Laut
Kelemahan harga
rumput laut Indonesia
disebabkan oleh karena sebagian besar rumput laut kita diekspor dalam bentuk
mentah (raw material), padahal value-added
rumput laut mentah yang diolah memberikan premium yang sangat tinggi. Sebagai
contoh, Cina dan Korea
mengolah rumput laut menjadi bahan makanan dan supplemen mendapat apresiasi
harga yang tinggi di Jepang.
G. Peluang Nilai Tambah Produksi
Kertas Rumput Laut
Pengertian (term) “nilai tambah” (value-added) dalam
dunia usaha perikanan masih beragam dan hampir disejajarkan dengan margin
antara harga pembelian bahan baku (raw material) dan produk akhir (end
products), meskipun sebenarnya antara keduanya berbeda. Namun secara umum (general) dapat dilihat betapa besar
perbedaan antara harga jual rumput laut kering dengan produk turunannya ataupun
produk akhirnya.
Kajian singkat yang dilakukan oleh
PT. Bank Ekspor Indonesia (BED) pada tahun 2006 menunjukkan rata-rata komoditi
rumput laut Indonesia di pasaran dunia terpaut pada harga 496 $US/ton. Harga rumput laut Indonesia
termasuk yang paling murah jika dibandingkan dengan Negara eksportir lainnya,
rumput laut Cina memiliki harga 1,943 $US/ton, rumput laut Korea 2,984 $US/ton, rumput laut Chile 680$US/ton.
Kelemahan harga rumput laut Indonesia
disebabkan oleh karena sebagian besar rumput laut kita diekspor dalam bentuk
mentah (raw material), padahal value-added
rumput laut mentah yang diolah memberikan premium yang sangat tinggi. Sebagai
contoh, Cina dan Korea
mengolah rumput laut menjadi bahan makanan dan supplemen mendapat apresiasi
harga yang tinggi di Jepang. Keuntungan lain dari olahan rumput laut adalah
pengenaan tarif yang lebih rendah, bahkan nol, dibanding dalam bentuk mentah
yang dapat dikenakan tarif hingga 40% di Jepang.
Perkembangan ekspor rumput
laut Indonesia pada tahun 1999 s.d. 2004 mengalami peningkatan rata-rata
10,21%. Tentu saja rumput laut yang diekspor tersebut masih dalam bentuk raw material dengan harga yang cukup
memprihatinkan, pada hal disisi lain peluang value-added untuk olahan rumput laut cukup terbuka lebar.
Revitalisasi rumput laut melalui kegiatan budidaya rumput laut secara
besar-besaran yang sedang digalakkan, akan mampu meningkatkan kesejahteraan
para pembudidayanya jika teknologi pengolahan (pasca panen) rumput laut dapat
segera mungkin diwujudkan dalam dunia bisnis rumput laut Indonesia. Keuntungan lain dari olahan
rumput laut adalah pengenaan tarif yang lebih rendah, bahkan nol, dibanding
dalam bentuk mentah yang dapat dikenakan tarif hingga 40% di Jepang.
DAFTAR PUSTAKA
Algae Paper – Italy. 2004. The Earth
Report from TVE.org
Imaniuri Silaban. s2009.Rumput Laut, Alternatif Bahan Pembuat Kertas. www.suarausu
online.com.
Indonesian
Biotechnology Information Centre Bogor-Indonesia.2009. RUMPUT
LAUT: PENYELAMATAN LINGKUNGAN PESISIR
indobic@biotrop.org
Industri Pulp dan Kertas:
Berpotensi, tapi Sepi Investasi. Warta Ekonomi. 2007. http://www.wartaekonomi.com/indikator.asp?aid=6728&cid=25
McHugh D.J.,2003. DARI SEGENGGAM RUMPUT LAUT MENDULANG RUPIAH MELALUI
APLIKASI TEKNOLOGI.Teknologi_Pengolahan_Rumput_Laut.pdf.
Nindyaning, Riske. 2007. Potensi Rumput Laut.
Peluang-nilai-tambah-rumput-laut-melalui-teknologikertas/.http://www.dkp.go.id/
http://blog.lautku.com/2008/01/25/.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar